Thursday 16 March 2017

Buat Kamu Yang Suka Pamrih

Pamrih...bukan hal sepele !


No Free Lunch! Kita sudah sering dengar ungkapan ini, kalo gak ada makan siang yang gratis. Artinya apapun yang kita lakukan ataupun dilakukan orang lain pada kita bukan semata-mata karena kita atau mereka pantas mendapatkannya tapi karena ada alasan yang terselubung di baliknya. Kenapa si A kok tiba-tiba mentraktir makan siang? Mengapa tiba-tiba saja ibu B bawain kita oleh-oleh sepulang dari perjalanannya. Mengapa Pak C tiba-tiba penuh perhatian dan penuh pertolongan?

Begitu juga kita saat meminta bantuan orang lain , kita harus tahu diri. Sebagai orang yang dibantu kita harus menyiapkan balas jasa. Karena kebaikan dan pertolongan itu gak murah. Banyak orang yang butuh ditolong. Tapi jika kita yang dipilih harusnya kita harus tahu diri bahwa pertolongan itu ada harganya. Tak heran jika Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menjadi hal biasa di negeri ini. Karena semua itu ada harganya, ada untungnya dan saling berbagi keuntungan itu asyik bukan?


Apa kata Quotes?


IF YOU'RE HELPING SOMEONE
(Kalo kamu nolongin orang)

AND EXPECTING SOMETHING IN RETURN
(Tapi kamu ngarepin balasan)

YOU'RE DOING BUSINESS NOT KINDNESS
(Kamu berbisnis bukan melakukan kebaikan)


Mengapa dunia begitu sesak?


Karena orang gak lagi melakukan kebaikan pada sesama. Kebanyakan kita selalu menghitung untung rugi sebelum melakukan sesuatu. Apa untungnya bagi saya, berapa kerugian yang dihasilkan tindakan tersebut? Melakukan kalkulasi sebelum bertindak sebenarnya bagus, jika tindakan itu ada urusannya dengan bisnis dan mencari laba. Agar sumberdaya yang dikeluarkan tidak sia-sia tapi menghasilkan keuntungan yang berlipat. Itu bisnis.. memang begitulah seharusnya.

Tapi jika buat nolongin orang kitapun mulai ngambil kalkulator dan membuat hitung-hitungan di atas kertas, apa untungnya bagi saya? Berapa banyak yang bisa saya dapat dari tindakan ini? Apakah pertolongan ini investasi yang menguntungkan yang bisa saya petik secepatnya atau di kemudian hari? Ataukah nantinya akan berbuah kerugian? Berapa besar kerugiannya.
Kita memperlakukan kebaikan sebagai bisnis. Sebagai pedagang bolehlah kita berhitung untung rugi tapi jika memberi pertolongan pada orang yang membutuhkan dan kita mampu melakukannya itu sudah pasti UNTUNG. Karena kita berurusan dengan Tuhan. Tuhan yang Maha Kaya yang bahkan hidup kita terletak di tanganNya.

Mereka ini dikirim Tuhan untuk menggerakkan hati kita. Mereka adalah malaikat penolong yang bisa menyelamatkan kita dari ketamakan dan nafsu serakah. Tapi gak semua orang berpikiran yang sama. Gak ada yang gratis di dunia ini. Semua butuh ongkos dan kerja keras untuk meraihnya. Jika orang lain ingin seperti saya, mereka gak boleh enak-enakan saja menadahkan tangan tapi harus bekerja sekeras saya! Pikiran yang sangat egois.

Pertolongan Tuhan selalu gratis. Kita gak pernah bayar untuk udara yang kita hirup (bayangkan kalo kita sekarat di ruang ICU, megap-megap butuh oksigen, berapa duit yang harus kita keluarkan?). Mengapa kok kita mesti pamrih atas semua yang kita lakukan? Kita ini siapa sih? Manusia yang penuh dengan kekurangan tapi mau berlagak, gak pernah ikhlas dalam berbuat. Sedangkan Tuhan yang begitu kaya, sangat pemurah kok?

Wajar jika korupsi, kolusi dan nepotisme begitu merajalela di negeri ini. Karena kita merasa pengabdian pada negara tercinta tidak diimbangi dengan gaji yang cukup, sehingga merasa perlu untuk mencuri (korupsi), kong ka li kong melakukan kolusi bahkan gak adil dalam membuat sebuah kebijakan yang pro komunitas kita, pro kepentingan kita. Semua orang mementingkan dirinya. Gak peduli apakah orang lain harus tergusur karenanya. Itulah harga yang harus dibayar sebagai pihak miskin, pihak kalah, pihak rakyat kecil. Kalo mereka mau dibantu mereka harus tahu bahwa kita melakukannya tidak gratis..Ada harga dan kesepakatan yang seringkali menguntungkan kita.

Pantas saja jika negeri ini diporakporandakan oleh krisis karena keikhlasan sudah menjadi barang langka..


Bahkan burung pun pamrih, kita membayar kelucuannya dengan makanan
Salam..

No comments:

Post a Comment