Monday, 4 July 2016

Inilah Obat Kecewa Yang Paling Ampuh

Kamu selalu kecewa?


Banyak hal yang membuatmu sedih, gak puas, gak senang? Itu wajar, karena apa yang terjadi gak bisa selalu sesuai keinginan kita. Kita sudah berusaha, sudah mengatur sedemikian rupa agar harapan jadi nyata, tapi kenyataan berbicara lain. Seringkali terjadi demikian, bikin kita jadi mudah kecewa.

Gak ada orang yang mau kecewa. Karena yang namanya kecewa pasti gak enak..pasti bikin galau. Kecewa kan harapan tak seindah kenyataan. Trus gimana dong agar kita gak mudah diserang penyakit kecewa?



Apa Kata Quotes?


EXPECT NOTHING
Jangan berharap
AND YOU WILL NEVER BE DISSAPOINTED
Maka kamu akan terbebas dari rasa kecewa

Inilah obat kecewa yang paling ampuh


Ya...jangan berharap alias jangan ngarep.
Ngarep cinta diterima, eh begitu ditolak pasti kecewa.
Ngarep diterima kerja, eh begitu gagal pasti kecewa.
Ngarep dipromosikan jadi pejabat, eh begitu gak jadi pasti kecewa.
Ngarep banyak yang milih di pemilihan, eh begitu jumlah suaranya sedikit, pasti kecewa.

Jadi gak boleh ngarep dong? Gak gitu juga kali. Hidup tanpa harapan itu gak enak, gak ada sensasi dan datar. Hidup harus ngarep, tapi caranya dan porsi ngarepnya kudu ditakar. Gak ada harapan, hidup datar-datar aja dan gak menarik. Overdosis harapan ya..siap-siap kena penyakit kecewa. 

Kita kecewa karena ngarepnya ketinggian!
Boleh banget ngarep, tentu saja sah hukumnya menaruh harapan, tapi letakkan harapan itu sesuai porsinya. Ya..jangan tinggi-tinggi, sewajarnya saja. Jadi saat harapan gak sesuai kenyataan, gak terlalu sakit. Awalnya memang kecewa tapi berangsur-angsur bisa menerima kenyataan.


Menaruh hati pada seseorang? Boleh banget, nembak dia juga boleh, gak ada yang bisa melarang. Yang gak boleh, maksa dia buat nerima cintamu. Dia berhak menolak dan kamu berhak kecewa. Tapi yang paling penting bukan dianya tapi kamunya. Setelah ditolak apa tindakan kamu selanjutnya? Galau selamanya gak akan bikin dia nerima kamu. Mending move on, hijrah ke lain hati, yang mau nerima kamu apa adanya..

Ngarep diterima kerja di perusahaan bonafid? Boleh banget. Tapi apa kualifikasimu memenuhi persyaratan mereka? Kalo memenuhi, kamu sanggup gak bersaing dengan yang lain dan meyakinkan tim pewawancara bahwa kamu pilihan yang tepat dan akan menyumbang banyak hal positif buat perusahaan? Sehingga saat kamu gak diterima kamu udah tau posisimu di mana. Kecewa boleh, tapi kembalikan pikiran sehat, bukan kamu yang mereka cari. Penolakan bukan berarti kamu gak qualified, gak berkualitas. Mungkin pekerjaan yang ditawarkan gak sesuai sama kamu dan ada orang lain yang lebih pas untuk posisi itu. Mungkin di tempat lain ada perusahaan yang lebih bisa menghargai kemampuanmu.

Ngarep dipromosikan jadi pejabat? Silakan. Tapi apa kamu siap dengan tanggung jawab yang bakal dibebankan ke pundakmu? Apa kamu bisa memanej bawahan dengan baik? Tanyakan sama diri kamu. Begitu kamu batal dipromosikan jadi gak terlalu kecewa. Mungkin belum saatnya kamu jadi pejabat, kamu perlu belajar lagi. Mungkin jabatan itu gak cocok atau bakal membahayakan kamu. Bukankah ini artinya kamu terselamatkan..??

Ngarep dipilih saat pemilihan? Ya...itu harapan setiap orang yang maju di pemilihan. Pilihannya kan cuma 2, dipilih dan gak kepilih. Kalo gak kepilih apa berarti kamu jelek, gak capable, gak pantas memimpin ? Gak kan? Hanya mungkin belum saatnya, bukan karaktermu yang cocok memimpin di situ dan anda kandidat lain yang lebih cocok. Jadi bukan pantas dan gak pantas, tapi cocok dan gak cocok. Pemilih akan memilih mereka yang cocok dari sudut pandangnya.. Sama saat memilih pendamping hidup, kamu gak nyari yang pantas kan, tapi nyari yang cocok. Apalagi kalo karakter pantasnya orang lain yang tentuin..

Jadi jangan ketinggian ngarepnya , biar gak ketinggian juga jatohnya saat harapan gak sesuai kenyataan, kecewanya gak kebangetan...dan sakitnya tuh gak di sini, tapi di sono.. Selalu ada hal positif yang bisa dilihat dan dipelajari dari setiap kejadian buruk. Kita aja yang mesti buka mata dan hati lebar-lebar..

Salam..

No comments:

Post a Comment